Silaturrahim

Dalam menyambut idul fitri, ada suatu budaya khusus  di Indonesia yang agak berbeda dengan belahan dunia lain, yaitu mudik, halal bihalal dan Silaturahim. Dua yang pertama khas Indonesia, sedangkan silaturrahim,  mempunyai dasar yang  kuat dalam Islam, sekalipun konteksnya berbeda-beda antar  negara. Silaturrahim di Indonesia merupakan sebuah budaya saling memaafkan saat lebaran. Ada suatu pemahaman bahwa  kita akan tersucikan dari dosa dan noda dari keluarga, saudara, tetangga dan sesama manusia, sehingga kita bisa kembali kepada fitri-kesucian yang menyeluruh.
Silaturrahim
Pada dasarnya, silaturahim berasal dari bahasa Arab; shilah dan rahm. Shilah bermakna mendamaikan sebagaimana firman Allah Swt dalam surat Al-Hujurat Innamal mu’minuuna ikhwatun fa ashlihuu baina akhawaikum wat taqullaha la’allakum turhamuun. “Sesungguhnya sesama mukmin adalah saudara, maka damaikanlah diantara sesama saudaramu dan bertaqwalah agar kamu mendapat rahmat”  Dalam ayat ini, shilah  bermakna mendamaikan, ketika ada perselisihan dan permusuhan.

Ada kesalah fahaman yang  menjadikan hubungan persaudaraan menjadi terputus. Maka damaikanlah, dengan saling memaafkan. Dari sini makna shilah berarti pula menyambungkan hubungan-hubungan yang sudah terputus, merekatkan dan mengokohkan kembali hubungan yang sudah terjalin.

Terdapat perbedaan makna yang cukup mendalam antara silaturahmi dan silaturahim. Silaturahmi adalah menyambungkan hubungan dengan orang yang “rahmi” memiliki hubungan darah, anak, orang tua, saudara, kakek, nenek dll. Adapun silaturahiim adalah menyambungkan ‘rahiim” kasih sayang antara sesama manusia. Baik yang memiliki hubungan darah maupun yang tidak.

 Inilah makna yang lebih mendalam dari silaturahmi. Bahwa silaturahmi tidak hanya sekedar saling berkunjung, bersalaman, dan bermaafan. Tapi ia memiliki makna yang lebih dalam,yakni  walaupun secara lahiriah dipisahkan oleh jarak yang terpisah, tapi kasih dan sayang, kepedulian dan simpati tetap terjalin.

Ketika saudara kita butuh dan kita mampu, maka kita bantu, ketika bersedih kita bahagiakan dan ketika susah kita senangkan, itulah orang yang menjaga dan menjalin silaturahim. Sedangkan orang yang mau berlama-lama dalam permusuhan, betah dalam perselisihan, iri terhadap keberhasilan tetangga, su’udzan kepada saudara, benci kepada sesama, sombong dan takabur, itulah sebenarnya orang yang memutuskan tali silaturahmi. Rasulullah Saw bersabda Laa yadkhulul jannah qaa ti’ur rahmi: “Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan silaturahmi”. Mengapa demikian ? karena orang yang memutuskan silaturahmi berarti ia telah memutuskan kasih sayang antara sesama manusia, ia telah mengingkari kasih sayang yang merupakan fitrah dan sifat Allah Swt.

Dalam hadits lain Rasululah juga bersabda bahwa orang yang memutuskan silaturahmi, maka Allah akan menurunkan adzab bagi mereka tidak hanya diakhirat tapi juga sejak masih berada di dunia. Allah akan mencabut kebahagiaannya di dunia. Apalah artinya harta yang berlimpah, rumah yang megah, mobil yang mewah, bila mana hati selalu gundah dan gelisah, di kantor selalu dikejar-kejar masalah, anak dan istri bukannya menjadi pencerah, sebaliknya malah menjadi fitnah. Hidup jauh dari berkah. Bukankah ini juga musibah? Oleh sebab itu, mari kita jalin kembali tali-tali persaudaraan yang  sudah demikian lama renggang terpisahkan. Di hari nan fitri ini, tiada kata dan perbuatan paling bermakna selain saling memaafkan sesama hamba. Amin 



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Silaturrahim"

Posting Komentar