Sembuhkan Diri Anda Dari Segala Penyakit Kegagalan

Tekat Rasulullah SAW untuk menaklukkan Kota Makah sudah lama diidam-idamkan. Sejak beliau memulai hijrah, sudah tesirat didalam hatinya suatu saat ia akan kembali Makah. Tanpa terasa waktuitu telah tiba. Belah ribu orang berangkat menuju Kota Makah. Pasukan muslim berangkat dengan semangat membawa dan keinginan yang kuat untuk menghancurkan berhala yang berada di kabah. Tidak ada perlawanan berarti ketika pasukan Rasulullah SAW memasuki Kota Makah Hanya ada sekolompok kecil tokoh masyarakat Quraisy yang masih tetap berusaha melepaskan anak panahnya. Diantaranya Hamas bin Qais al-Kinani
Penyakit Kegagalan
Mereka tidak bisa berbuat banyak dan mematahkan semangat para sahabat yang cukup menggelora untuk menaklukkan kota suci itu. Apalagi bagi Muhajirin yang nota bene pulang kampung setelah bertahun-tahun merantau ke kota madinah.
Pertempuran terakhir terjadi di al-Khandamah, sekaligus sebagai tetes darah pertempuran terakhir yang ditumpahkan kaum Quraisy dari gelas mereka yang dulu dipenuhi dengan kemurkaan, kedengkian, permusuhan dan kemarahan. Sekarang gelas itu menjadi kosong, tak berisi kecuali gelembung-gelembung udara yang tidak bermanfaat sama sekali.

Hamas bin Qais al Kinani salah seorang permuka Quraisy yang turut melarikan diri dari medan pertempuran al-Khandamah saat itu, begegas menemui istrinya yang sedang menunggu kemenagannya. Ketika Hamas datang, istrinya bergegas mendekat dan menayainya. Istrinya mengecam pelariannya. Hamas menceritakatan, yang lari itu bukan hanya dirinya akan tetapi termasuk tokoh-tokoh pemberani Quraisy yang lain yakni Ikrimah bin Abi Jahl dan Shafwan bin Umayah.
           
Hamas menceritakan “Seandainya engkau menyaksikan pertempuran al-Khandamah saat Shafwan dan Ikrimah melarikan diri, kami menyongsong pedang-pedang kaum muslimin yang menebas setiap tangan dan kepala. Tebasan yang tidak terdengar kecuali suara komat kamit mereka. Aku tertahan di sekitar tebasan dan ringkikan kuda. Janganlah kamu melontarkan kecaman sedikitpun”.
           
Rasulullah SAW memasuki Makkah dengan penuh wibawa kenabian dan diikuti oleh para sahabatnya. Kemudian menuju Ka’bah dan memasukinya. Berhala yang berjejer di dalam Ka’bah dihancurkan dan sesaat kemudian rata dengan tanah. Rasul bertakbir diikuti dengan para sahabatnya. Rasulullah kemudian membacakan firman Allah dalam Surat al-Isra’ ayat 81 yang artinya: “Dan katakanlah yang benar telah datang dan yang bathil telah lenyap. Sesungguhnya yang bathil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap”
           
Rasulullah SAW meminta sahabatnya Bilal mengumandangkan azan. Bilal pun naik ke atas Ka’bah dan mengumandangkan azan. Langit makkah pun dipenuhi suara kemenangan, kalimat tauhid dan panggilan keberuntungan
           
Semua ini terjadi pada saat orang Quraisy yang berada di Makkah tengah dilanda kegaulan. Mereka melihat dengan mata kepala, berhala-berhala dan patung-patung yang selamabini diagung-agungkan, disucikan dan tempat yang memohon pertolongan tidak dapat menolong dirinya sendiri. Berhala dan patung itu berjatuhan satu persatu lalu menjadi barang bekas yang tak berguna lagi. Mereka seakan tidak percaya apa yang dilihatnya hari itu. Yang terdengar adalah suara gemuruh suara tahlil dan takbir yang memecah langit dan menembus angkasa kota Makkah.

Tiga orang pemimpin Quraisy yang menyaksikan kejadian itu cukup geram dan memendam rasa kedengkian. Itab bin Usaid berkata, “Sesugguhnya tuhan telah memuliakan bapakku Usaid, dengan tidak melihat kejadian ini sehingga membuatnya marah”.
           
Al-Harist bin Hirsyam al-Makhzumi berkata pula, “Demi tuhan kita, seandainya aku tahu tuhan kita membenarkan kejadian ini, niscaya aku mengikutnya.”
           
Abu Sufyan bin Harb yang keislamannya pada saat itu belum sepenuhnya dengan tidak menutupi kemarahannya berkata, “Seandainya batu-batu kecil ini bisa bicara, niscaya batu-batu ini akan memberitahu kemarahanku.”
           
Rasulullah SAW kemudian memandangi ke arah tiga orang pemuka Quraisy itu. Rasulullah kemudian berjujar, “Aku tahu apa yang kalian katakan.” Ketiganya saling berpandangan dengan penuh selidik. Dalam hatinya berkata, “Darimana dia bisa mengetahuinya sementara saat kami berbicara tidak ada yang mendengarkannya” Rasulullah SAW berkata, “Kamu wahai Itab, telah berkata begini, dan kamu wahai Harist telah berkata seperti ini serta kamu Abu Sufyan mengatakan demikian.”
           
Mendengar keajaiban itu, Itab dan Harist yakin bahwa berita ini datang dari Allah dan Muhammad adalah RasulNya. Dengan seketika Itab dan Harist mengucap dua kalimah syahadat. Mereka masuk islam sementara  Abu Sufyan telah duluan memeluk Islam.
           
Kisah diatas, memperlihatkan kepada kita, bahwa Rasulullah SAW pernah gagal. Kegagalan yang diperoleh beliau adalah kegagalan kelas tinggi yang cukup ,menyayat hati. Betapa tidak, beliau dilahirkan di Makkah kemudian beliau diusir dari kota Makkah kelahirannya sendiri. Berbagi upaya diusir dari kota kelahirannya sendiri. Berbagai upaya pembunuhan dilakukan terhadap beliau, namun Allah masih melindunginya.
           
Yang cukup melegakan, kegagalan itu tidak lantas membuat Rasulullah SAW patah hati, hilang semangat dan tidak mau lagi melanjutkan dakwahnya. Tidak dan tidak sama sekali. Semangat Rasulullah SAW justru bergola walaupun harus ia pindah kampung. Melalui kampung barunya ini Madinah, ia mengatur strategi dengan penuh keyakinan suatu saat akan kembali lagi ke kampung kelahirannya dengan membawa ajaran tauhid.
           
Saya yakin, seberat apapun kegagalan yang menerpa anda, tidak sepadan dengan kegagalan yang pernah dirasakan Rasulullah SAW. Kegagalan yang menerpa anda jika dibanding dengan kegagalan yang pernah dirasakan Rasulullah SAW seperti seekor semut dan gajah. Tapi kenapa justru anda begitu bersedih, patah semangat dan tidak bergairah lagi. Seakan-akan anda benar-benar tidak memiliki peluang sukses sama sekali sedikitpun. Padahal peluang untuk sukses itu masih menganga dan terbuka lebar.

Penyakit kegagalan yang paling menonjol dalam kehidupan manusia adalah penyakit dalih. Coba anda lihat, semakin tinggi tingkat kegagalan seseorang semakin hanya dalih yang ia kemukakan. Dan sebaliknya semakin sukses seseorang semakin sedikit ia membuat dalih.

Saya mempunyai seorang teman yang menduduki jabatan publik. Promosi pertama, ia ditempatkan agak jauh sekitar 180 km dari ibu kota. Ia menilai penempatannya secara negatif. Ia jarang masuk kantor. Ia tidak bersemangat di dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Ia selalu mengeluh bahwa tempat tugasnya terlalu jauh dari rumahnya.
           
Anda dapat membayangkan apa yang terjadi padanya. Masyarakat mulai protes. Ketika masyarakat membutuh pelayanannya, yang  bersangkutan tidak berada ditempat. Berbagai tundingan miringpun mulai bermunculan. Bahkan masyarakat datang berdelegasi kepada pimpinannya meminta agar yang bersangkutan di ganti saja. Ya akhirnya yang bersangkutan dikembalikan lagi ke staf biasa. Ia terpaksa merintis karir dari bawah lagi.

Kegagalan dari kasus di atas muncul karena “Penyakit Dalih”. Akibatnya yang bersangkutan merasa terlalu jauh ditempatkan, timbul rasa malas. Kinerjanyapun menurun. Sehingga berbuntut pada percopotan.

Penulis,
Muhammad Ikhsan





Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Sembuhkan Diri Anda Dari Segala Penyakit Kegagalan"

Posting Komentar