ISRA’ MI’RAJ DALAM PANDANGAN SAINS

“”Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar kami memperlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui””….Qur’an Surat Al Isra’ ayat 1
Israk Mikraj
Rajab, satu dari 12 bulan dalam penanggalan Hijriyah kita kenang sebagai bulan dimana telah terjadi sebuah peristiwa monumental dimasa kenabian Nabi Muhammad SAW yaitu Isra’ Mi’raj. Sebuah peristiwa yang fenomenal dan kontroversial. Disebut fenomenal karena peristiwa ini belum pernah terjadi sebelumnya dan diperkirakan tidak akan terjadi dimasa depan. Sedangkan disebut kontroversial karena peristiwa itu telah menimbulkan perdebatan panjang mulai dari semenjak waktu peristiwa itu terjadi sampai dengan sekarang. 

Satu dari beberapa topik perdebatan itu adalah apakah perjalanan yang dimaksud melibatkan jasad dan ruh atau ruh saja. Terlepas dari kontroversi diatas, satu hal yang kita harus yakini bahwa peristiwa Isra’ mi’raj yang dialami oleh Nabi kita, Muhammad SAW benar adanya.

Tinjauan Sains

Dari kutipan terjemahan Al Qur’an Surat Al Isra ayat 1 diatas sangat jelas bagi kita bahwa peristiwa yang sangat luar biasa itu bukanlah kehendak dari Rasulullah sendiri melainkan kehendak dari Allah SWT yang diindikasikan dari penggunaan kata “ memperjalankan”. Untuk keperluan perjalanan Allah SWT mengutus Malaikat Jibril AS dan malaikat-malaikat yang lain sebagai pemandu perjalanan suci ini. Selain para malaikat ini, Allah SWT juga menghadirkan Buraq. Kita tidak perlu mendiskripsikan secara detil bagaimana buraq tersebut selain dari sumber sumber hadits shahih. Buraq adalah istilah yang dipakai Al Qur’an dengan makna kilat.  Perjalanan Rasulullah bersama Jibril dari Kota Mekkah ke Palestina yang ditempuh dengan Buraq berkecepatan cahaya 300 ribu KM/Detik.

Pertanyaan besar muncul, bagaimana mungkin sebuah perjalanan berkecepatan cahaya bisa dilakukan oleh badan Rasulullah yang terbuat dari material padat ? Untuk Malaikat dan Buraq hal ini tidak menjadi masalah karena mereka terbuat dari cahaya. Seandainya materi padat seperti tubuh kita dipaksa untuk melakukan perjalanan berkecepatan cahaya dapat dipastikan badan kita akan hancur luluh karena ikatan antar atom dan molekul terlepas.

Jawaban yang paling mungkin dari pertanyaan diatas adalah tubuh Rasulullah diubah dari materi padat menjadi cahaya juga. Perubahan dari materi padat seperti tubuh manusia kedalam bentuk cahaya dalam dunia sains disebut dengan Annihilasi. Teori ini menjelaskan bahwa setiap materi (zat) mempunyai antimaterinya masing-masing. Jika materi direaksikan dengan antimaterinya maka kedua partikel tersebut akan lenyap berubah menjadi seberkas cahaya atau sinar gamma. Hal ini telah telah dibuktikan di laboratorium nuklir bahwa jika ada partikel proton dipertemukan dengan antiproton, atau electron dengan positron sebagai antiprotonnya, maka kedua pasangan partikel tersebut akan lenyap dan memunculkan dua buah sinar gamma dengan energi masing-masing.

Sebenarnya sains yang lebih terfokus pada bidang fisika dapat memberikan penjelasan ilmiah terhadap kebenaran peristiwa isra’ mi’raj ini. Salah satu teori dalam cabang fisika yang sangat terkenal adalah teori relativitas yang dicetuskan oleh Albert Enstein. Didalam teori ini dijelaskan bahwa energi benda akan bertambah besar seiring dengan bertambahnya massa benda dan sebanding dengan kuadrat kecepatan cahaya (E=mc2). Seiring dengan perkembangannya teori relativitas ini melahirkan konsep kenisbian waktu atau yang lebih dikenal dengan dilatasi waktu. Didalam teori ini diterangkan bahwa sebuah benda yang berada dalam ruang yang bergerak dengan kecepatan mendekati atau sama dengan kecepatan cahaya akan memiliki usia lebih panjang, dibandingkan dengan benda lain yang berada dalam ruang atau dimensi waktu bumi. Secara awam teori ini dapat kita pahami bahwa perbedaan waktu terukur antara waktu bumi dengan waktu benda dalam kecepatan cahaya sangat besar atau tak dapat teramati.

Demikianlah kiranya Allah telah memperjalankan hambaNya dari tempat tempat yang terpisah oleh jarak yang tidak dekat hanya dalam tempo semalam saja. Ini menunjukkan keMahaKuasaan Allah yang menggenggam langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya. Bukankah 1000 tahun dalam perhitungan waktu kita, disisi Allah hanya satu hari saja. 

“”Sesungguhnya sehari disisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu””.. ( Qur’an Surat Al-Hajj ayat 47 ). Ayat ini memberitahukan kepada kita bahwa sebuah perjalanan yang bagi kita menghabiskan waktu 1000 tahun, bagi Allah hanya satu hari saja. Dari sinilah dapat dianalogikan berdasarkan teori deret matematika bahwa perjalanan dari Mekah ke Palestina yang bagi kita butuh waktu 3-5 hari, maka bagi Allah cukup beberapa detik saja.

Begitulah kira-kira perumpamaan perjalanan Rasulullah dimalam isra’ mi’raj. Dengan kehendak Allah SWT, Jibril membawa Rasulullah dari Mekkah ke Palestina kemudian dilanjutkan menuju langit pertama hingga ketujuh lalu ke Sidratul Muntaha. Bayangkan bagaimana seorang Abu Bakar ra, sahabat nabi yang mulia yang hidup pada zaman dimana pemahaman sains dan teknologi tidak semaju sekarang dengan keteguhan hati dilatari iman yang kuat membenarkan cerita Rasulullah tentang perjalanan isra’ mi’raj. Bukankah Rasulullah pernah menjawab ketika ditanya oleh Jibril  a.s berapa jarak antara alam dunia dengan alam akhirat dengan jawaban “hanya sekejap mata saja”
Wallahu A’lam

Oleh: Munadhil Farhan




Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "ISRA’ MI’RAJ DALAM PANDANGAN SAINS"

Posting Komentar